Senin, 04 Maret 2013



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Proses keperawatan merupakan suatu jawaban untuk pemecahan masalah dalam keperawatan, karena proses keperawatan merupakan metode ilmiah yang digunakan secara sistematis dan menggunakan konsep dan prinsip ilmiah dalam mencapai diagnosa masalah kesehatan pasien, merumuskan tujuan yang ingin dicapai, menentukan tindakan dan mengevaluasi mutu serta hasil asuhan keperawatan.
Proses keperawatan merupakan suatu kegiatan yang terorganisir dengan menggunakan metode yang sistematis dalam memberikan ASKEP kepada individu,kelompok,keluarga dan masyarakat terhadap masalah kesehatan yang dialami.
Dalam melaksanakan ataupun menjalankan tugasnya sebagai seorang perawat memerlukan suatu proses yang disebut proses keperawatan. Dimana dalam proses keperawatan, seseorang perawat akan diberikan suatu cara yang sistematis yang kemudian akan diterapkan oleh perawat bersama klien dalam menentukan kebutuhan Asuhan Keperawatan.
Oleh karena itu proses keperawatan sangat penting agar seorang perawat dapat menjalankan tugasnya dengan baik tanpa terkendala suatu apapun.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan proses keperawatan?
2.      Bagaimana perkembangan proses keperawatan?
3.      Kemampuan  apa saja yang harus dimiliki seorang perawat dalam melaksanakan proses keperawatan?
4.      Apa karakteristik serta sifat dari proses keperawatan?
5.      Bagaimana dampak pelaksanaan proses keperawatan?
6.      Apa saja teori yang digunakan dalam melaksanakan proses keperawatan?

C.    Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan tentang :
1.      Untuk mengetahui maksud dari proses keperawatan.
2.      Untuk mengetahui perkembangan dari proses keperawatan.
3.      Untuk mengetahui kemampuan yang harus dimiliki seorang perawat dalam melaksanakan proses keperawatan.
4.      Untuk mengetahui karakteristik serta sifat dari proses keperawatan.
5.      Untuk mengetahui dampak pelaksanaan proses keperawatan.
6.      Untuk mengetahui teori yang digunakan dalam melaksanakan proses keperawatan.

D.    Manfaat
Manfaat dari penulisan ini :
1.      Dapat mengetahui maksud dari proses keperawatan.
2.      Dapat mengetahui perkembangan dari proses keperawatan.
3.      Dapat mengetahui kemampuan yang harus dimiliki seorang perawat dalam melaksanakan proses keperawatan.
4.      Dapat mengetahui karakteristik serta sifat dari proses keperawatan.
5.      Dapat mengetahui dampak pelaksanaan proses keperawatan.
6.      Dapat mengetahui teori yang digunakan dalam proses keperawatan.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan sebuah metode yang diterapkan dalam praktek keperawatan. Ia juga merupakan sebuah konsep dengan pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu, teknik, dan keterampilan interpersonal untuk memenuhi kebutuhan klien atau keluarga. Proses keperawatan merupakan lima tahap proses yang konsisten, sesuai dengan perkembangan profesi keperawatan.
Proses keperawatan mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1980-an. Perawat yang dididik sebelum tahun tersebut pada umumnya belum mengenal proses keperawatan karena kurikulum di pendidikan belum mengajarkan metode tersebut. Proses keperawatan mulai dikenal di pendidikan keperawatan Indonesia yaitu dalam Katalog Pendidikan Diploma III Keperawatan yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 1984.
Diluar negeri istilah proses keperawatan diperkenalkan pada tahun 1955 oleh Lidya Hall, proses keperawatan pertama kali dijabarkan. Ia mencetuskan proses keperawatan terdiri atas tiga tahapan, yaitu pengkajian, perencanaan, dan evaluasi.
Pada tahun 1960, proses keperawatan diperkenalkan secara internal dalam keperawatan. Pada tahun 1963, Wiedenbach mengenalkan proses keperawatan dalam tiga tahap yaitu observasi, bantuan pertolongan, dan validasi.
Proses lima tahap pertama diperkenalkan pada tahun 1967 oleh Western Interstate Commision of Higher Education (WICHE) yang meliputi: persepsi, komunikasi, interpretasi, intervensi, dan evaluasi. Pada tahun yang sama para staf pengajar,Yura.H dan Walsh di Catholic University of American mangusulkan metode empat tahap, meliputi: pengkajian, perencanaan, intervensi dan evaluasi (Craven & Hirnle, 2000). Pada tahun 1967, edisi keperawatan pertama kali dipublikasikan.
Pada tahun 1973, American Nurse’s Association (ANA) menerbitkan standars of Nursing Practice dan juga National Council of State Boards of Nursing ( 1982 ) yang terdiri dari lima tahap, meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Kozier et al., 1995). Proses keperawatan terus berkembang dan kemudian istilah Nursing Diagnosis mulai diperkenalkan dalam literatur-literatur keperawatan.
Pada tahun 1973, Gebbie dan Levin dari St.Louis University School of Nursing membantu dalam menyelenggarakan konferensi pertama tentang klasifikasi diagnosa keperawatan di Amerika.
Selanjutnya Bloch (1974), Roy (1975), Mundinger & Jauron (1975), dan Aspinall (1976) menambahkan tahap diagnosa dalam lima tahap yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Proses ini dari analisis pikir : dicover (menemukan), delve (mempelajari atau menganalisis), decide (memutuskan), do (mengerjakan), dan discriminate (identik dengan evaluasi).
Tahun 1975 diadakan konferensi nasional tentang klasifikasi diagnosis keperawatan setiap dua tahun di Universitas St. Louis. Klafisikasi diagnosis keperawatan ini kemudian disebut dengan NANDA. Pada tahun 1982, terbentuk North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) yang setiap dua tahun mengadakan konferensi tentang klasifikasi diagnosa keperawatan (Potter & Perry, 1997).
Pada saat ini proses keperawatan telah berkembang dan diterapkan di berbagai tatanan pelayanan kesehatan di Indonesia, seperti rumah sakit, klinik-klinik, Puskesmas, perawatan keluarga, perawatan kesehatan masyarakat, dan perawatan pada kelompok khusus. Namun secara umum penerapan proses keperawatan belum optimal dan belum menggambarkan pemecahan masalah secara ilmiah oleh perawat, karena pada dasarnya hal ini tidak terlepas dari sumber daya keperawatan yang ada dan dukungan institusi.
B.     Pengertian Proses Keperawatan
Banyak pengertian atau definisi yang dikemukakan oleh para ahli keperawatan tentang proses keperawatan, diantaranya adalah menurut Nettina (1996) yang menyatakan bahwa proses keperawatan adalah sesuatu yang disengaja, dengan pendekatan pemecahan masalah untuk menemukan kebutuhan keperawatan pasien dalam pelayanan kesehatan. Meliputi pengkajian (pengumpulan data), diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi, serta menggunakan modifikasi mekanisme umpan balik untuk meningkatkan upaya pemecahan masalah.
Proses merupakan serangkaian kegiatan yang direncanakan atau serangkaian operasional untuk mencapai hasil yang diharapkan. Proses keperawatan adalah metode yang sistematik dan rasional dalam merencanakan dan memberikan pelayanan keperawatan kepada individu. Tujuannya untuk mengidentifikasi status kesehatan klien, kebutuhan atau masalah kesehatan aktual atau risiko, membuat perencanaan sesuai dengan kebutuhan yang telah diidentifikasi dan melaksanakan intervensi keperawatan spesifik sesuai dengan kebutuhan (Kozier et al. 1995). Sedangkan Clark (1992), mendefinisikan proses keperawatan sebagai suatu metode/ proses berpikir yang terorganisir untuk membuat suatu keputusan klinis dan pemecahan masalah.
Demikian juga dengan Yura dan Walsh (1988), menyatakan bahwa proses keperawatan adalah tindakan yang berurutan, dilakukan secara sistematik untuk menentukan masalah klien, membuat perencanaan untuk mengatasinya, melaksanakan rencana tersebut atau menugaskan orang lain untuk melaksanakannya dan mengevaluasi keberhasilan secara efektif terhadap masalah yang diatasi.

C.    Tujuan Proses Keperawatan
Tujuan dari penerapan proses keperawatan pada tatanan pelayanan kesehatan adalah:
1.      Untuk mempraktekkan suatu metoda pemecahan masalah dalam praktek keperawatan.
2.      Sebagai standar untuk praktek keperawatan.
3.      Untuk memperoleh suatu metoda yang baku, sistematis, rasional, serta ilmiah dalam memberikan asuhan keperawatan.
4.      Untuk memperoleh suatu metoda dalam memberikan asuhan keperawatan yang dapat digunakan dalam segala situasi sepanjang siklus kehidupan.
5.      Untuk memperoleh hasil asuhan keperawatan yang bermutu.

D.    Kemampuan Perawat
Dalam melaksanakan proses keperawatan seorang perawat harus memiliki persyaratan kemampuan sebagai berikut:
1.      Kecakapan intelektual, yang memungkinkan perawat mampu untuk membuat keputusan dan berpikir kritis dalam memecahkan masalah klien.
2.      Kecakapan dalam perilaku dan hubungan antar manusia, memudahkan perawat dalam menciptakan hubungan baik dengan klien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lainnya. Disini sangat dituntut pada kemampuan berkomunikasi secara terapeutik dan berperilaku.
3.      Kecakapan dalam kemampuan teknis keperawatan, merupakan kunci keberhasilan dalam memberikan asuhan keperawatan, mulai dari pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melaksanakan tindakan dan prosedur keperawatan secara menyeluruh meliputi kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual klien serta mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.

E.     Karakteristik Proses Keperawatan
Proses Keperawatan mempunyai enam karateristik :
1.      Tujuan
Proses Keperawatan mempunyai tujuan yang jelas melalui suatu tahapan dalam meninmgkatkan kualitas asuhan Keperawatan kepada klien.
2.      Sistematika
·         Menggunakan suatu pendekatan yang terorganisir untuk mencapai suatu tujuan.
·         Menghindari masalah yang bertentangan dengan tujuan intuisi pelayanan kesehatan/Keperawatan.
·         PK ditujukan pada suatu perubahan respon klien yang diidentifikasi melalui hubungan antara perawat dengan klien.

3.      Dinamik
PK ditujukan dalam mengatasi masalah – masalah kesehatan klien yang di laksanakan secara berkesinambungan.
4.      Interaktif
Adanya hubungan timbale balik antar perawat, Klien, Keluarga dan tenaga   lainnya.
5.      Fleksibel
Proses yang di lihat dari dua konteks :
·         Dapat diadopsi pada praktik keperawatan dalam situasi apapun, spesialisasi yang berhubungan dengan individu, kelompok, atau masyarakat.
·         Tahapannya bisa digunakan secara berurutan dan dengan persetujuan kedua belah pihak.
6.      Teoritis
Setiap langkah dalam proses keperawatan selalu di dasarkan pada suatu ilmu yang luas, khususnya ilmu dan model Keperawatan yang berlandaskan pada Filosofi keperawatan bahwa asuhan keperawatan kepada klien harus menekankan pada 3 aspek :
·         Humanistik : Memandang dan memperlakukan klien sebagai manusia
·         Holistik : Intervensi keperawatan Harus dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia secara utuh (bio – psiko – sosio – spiritual).
·         Care : Asuhan Keperawatan yang diberikan harus berlandaskan pada standard praktik keperawatan dan etika keperawatan.

F.     Implikasi Proses Keperawatan
Penerapan proses keperawatan mempunyai implikasi atau dampak terhadap :
1.      Profesi keperawatan
Secara profesional, proses keperawatan menyajikan suatu lingkup praktik keperawatan. Melalui lima langkah, keperawatan secara terus-menerus mendefinisikan perannya kepada si konsumen (klien) dan profesi kesehatan yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa keperawatan tidak hanya melaksanakan rencana seperti yang telah diresepkan dokter (Iyer et al.,1996).
      Praktek keperawatan mencakup standar praktik keperawatan. Standar tersebut diadopsi dan diterbitkan oleh American Nurses’Association (ANA, 1973). Perawat mempunyai tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar keperawatan tanpa melihat dimana dia bekerja dan spesialisasinya. Di indonesia pelaksanaan standar praktik keperawatan juga telah di atur dalam peraturan pemerintah melalui Undang-Undang Kesehatan di Indonesia (DepKes,1992) dan diberlakukannya PerMenKes No. :647/2000 yang mengatur tentang praktik keperawatan profesional di Indonesia.

2.      Klien
Penggunaan proses keperawatan sangat bermanfaat bagi klien dan keluarga. Kegiatan ini mendorong mereka untuk berpartisipasi secara aktif dalam keperawatan dengan melibatkan mereka kedalam lima langkah proses. Klien menyediakan sumber untuk pengkajian, validasi diagnosa keperawatan, dan menyediakan umpan balik untuk evaluasi. Perencanaan keperawatan yang tersusun dengan baik, akan memungkinkan perawat dapat memberikan pelayanan secara kontinyu, aman, dan terciptanya lingkungan yang terapeutik. Keadaan tersebut akan membantu mempercepat kesembuhan klien dan memungkinkan klien dapat beradaptasi dengan lingkungan yang ada.

3.      Perawat
      Proses keperawatan akan meningkatkan kepuasan dalam bekerja dan meningkatkan perkembangan profesionalisasi. Peningkatan hubungan antar perawat dengan klien dapat dilakukan dengan penerapan proses keperawatan. Proses keperawatan memungkinkan suatu pengembangan dan kreatifitas dalam penjelasan masalah klien. Hal ini akan mencegah dalam pekerjaan yang rutinitas, kejenuhan perawat, dan task-oriented approach.

G.    Teori yang Mendasari Proses Keperawatan
1.      Teori Sistem
Teori sistem terdiri dari suatu kerangka kerja yang berhubungan dengan keseluruhan sosial, manusia, struktur dan masalah-masalah organisasi serta perubahan hubungan internal dan lingkingan di sekitarnya.sistem tersebut terdiri dari tujuan, proses, dan isi.Tujuan adalah sesuatu yang harus dilaksanakan,oleh karna itu tujuan dapat memberikan arah pada sistem.Proses berfungsi dalam memenuhi tujuan yang hendak dicapai dan isi terdiri dari bagian yang membentuk suatu sistem.
Keterkaitan antara teori sistem dan proses keperawatan yaitu:
a.         Input
Merupakan suatu kumpulan data hasil pengkajian beserta permasalahannya.Kemudian disusun suatu rencana dan tindakan keperawatan yang tepat.
b.        Output
Output dimaksudkan untuk menjelaskan hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan.
c.         Feedback(Umpan balik)
Merupakan suatu proses dimana informasi tentang sistem output dikomunikasikan kembali pada sistem, supaya dapat dievaluasi dan memberikan arah dala pengkajian ulang dalam menentukan tindakan selanjutnya.
Dalam sistem keperawatan menjelaskan bahwa perawat sebagai individu dan klien(individu,keluarga,masyarakat) dalm berintraksi dimana satu dengan lainnya saling mempengaruhi terhadap tingkat kebutuhan dan kepuasan yang merupakan fokus dari asuhan keperawatan.
2.      Teori Kebutuhan Manusia
Teori ini memandang bahwa manusia sebagai bagian integral yang berintegrasi satu sama lainnya dalam motivasinya memenuhi kebutuhan dasar (fisiologis, keamanan, kasih sayang, harga diri, dan aktualisasi diri). Setiap kebutuhan manusia merupakan suatu “tegangan internal” sebagai akibat dari perubahan dari setiap komponen sistem. Tekanan tersebut dimanifestasikan dalam perilakunya untuk memenuhi kebutuhan atau tujuan sampai terpenuhinya tingkat kepuasan klien.
Dasar kebutuhan manusia adalah terpenuhinya tingkat kepuasan agar manusia bisa mempertahankan hidupnya. Peran perawat yang utama adalah memenuhi kebutuhan dasar manusia dan tercapainya suatu kepuasan bagi diri sendiri serta kliennya, meskipun dalam kenyataannya dapat memenuhi salah satu dari kebutuhan membawa dampak terhadap perubahan sisten dalam individu (biologis, intelektual, emosional, sosial, spiritual, ekonomi, lingkungan, patologi, dan psikopatologi).
Kerangka kerja pada teori ini menggambarkan suatu bagian dimana penerapan proses keperawatan selalu difokuskan pada kebutuhan individu yang unik dan sebagai suatu bagian integral dari keluarga dan masyarakat. Keseimbangan antar kebutuhan tersebut menjadi tanggung jawab dari setiap orang. Misalnya, tanggungjawab orang tua terhadap anaknya adalah pemenuhan kebutuhan dasar anaknya. Demikian juga tanggungjawab perawat adalah memberikan dukungan, memfasilitasi, dan berkounikasi kepada klien sehat atau sakit untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar.
3.      Teori Persepsi
Terjadinya perubahan dalam pemenuhan kebutuhan dasar sangat dipengaruhi oleh persepsi individu. Setiap manusia selalu berubah keputusan dan kepuasannya, berdasarkan perubahan perilaku yang sangat unik. Akibattnya setiap perubahan yang terjadi persepsinya akan selalu berbeda. Perbedaan tersebut membawa konsekwensi terhadap masalah keperawatan. Misalnya ada dua klien ( A dan B) dengan diagnosa medis yang sama (diabetes militus), maslah keperawatan yang timbul berbeda. Hal ini karena persepsi klien A dan B juga berbeda terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya.  Sebagaimana persepsi seseorang berhubungan dengan; 1) sinstem neurologis, 2) persepsi tidak selalu tergantung dari belajar dan pengalaman. Day mengatakan bahwa persepsi dipelajari dari variabel: 1) lingkungan fisik, 2) fisiologis proses dn interaksi, 3) kejadian-kejadian pada perilaku.
Terjadinya interaksi antara orang dan lingkungan dilaksanakan oleh reseptor energi sensitif. Karakteristik stimulasi harus ditransforasikan dalam suatu kode transmisi ke tingkat yang lebih tinngi pada sistem saraf pusat sebelum interaksi, dalam pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan respon adaptif.
Untuk memahami arti persepsi, maka seseorang harus mengadakan pendekatan melalui karakteristik individu yang mempersepsikan dalam situasi yang mempunyai makna bagi kita. Makna merupakan kerangka penjabaran dari persepsi, ingatan dan tindakan. Oleh karena itu persepsi memegang peranan yang penting dalam kehidupan secara umum, dimana kita dapat mengupulkan data dari informasi tentang diri sendiri, kebutuhan manusia, serta lingkungan disekitar kita. Hal ini juga sesuai dengan tahapan dalam proses keperawatan dimana perawat dan klien saling mengumpulkan data. Kemudian data tersebut akan memberikan nilai yang bermakna serta dapat dipergunakan untuk pemberian asuhan keperawatan.
4.      Teori Informasi dan Komunikasi
Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk mengindentifikasi masalah klien. Proses keperrawatan, sebagai salah satu pendekatan utama dalam pemberian asuhan keperawatan, pada dasarnya pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah. Setelah penerapan proses keperawatan, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan tentang konsep dan teori sebagai dasar interaksi dalam mengartikan suatu informasi yang diterima serta dapat menjalin komunikasi yang efektif. Pengetahuan tersebut meliputi kemampuan perawat tentang cara mencari data atau fakta, menyeleksi, memproses informasi dan memutuskan suatu tindakan terhadap informasi yang diterima, adapun tahapan tersebut adalah: menentukan prioritas masalah, mencari alternatif tindakan , memilih dan melaksanakan hasil alternatif yang telah ditentukan. Proses keperawatan merupakan suatu siklus karena memerlukan suatu modifikasi pengkajian ulang, perencanaan ulang, memperbaharui tindakan dan mengevaluasi ulang. Oleh karena itu setiap langkah dalam proses keperawatan diperlukan suatu informasi yang akurat. Hal ini akan bisa tercapai apabila perawat mampu menjalin komunikasi dengan baik.
5.      Teori Pengambilan Keputusan dan Penyelesaian Masalah
Setiap tindakan yang dilakukan secara rasional oleh orang selalu melibatkan keputusan atau pilihan. Setiap pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah menuntut orang dapat menerima sesuatu hal yang baru, perbedaan, dan aspek-aspek yang lebih kompleks dari lingkungan yang sudah ada. Sehingga setiap kesenjangan adalah suatu masalah, masalah tersebut memerlukan jawaban serta solusi yang tepat.
      Tujuan penerapan proses keperawatan dala memberikan asuhan keperawatan kepada klien adalah untuk menyelesaikan masalah. Proses keperawatan juga dapat dipergunakan untuk menyusun suatu tindakan, untuk merubah suatu situasi yang lebih kondusif dalam membantu mempercepat mengatasi masalah klien yang sangat kompleks. Melalui pendekatan proses keperawatan masalah-masalah dapat diindentifikasi secara tepat dan dalam pengambilan keputusan dapat dilaksanakan dengan akurat.
H.    Sifat Proses Keperawatan
1.      Dinamis.
Setiap tahap proses keperawatan dapat diperbaharui/dimodifikasi, apabila situasi dan kondisi pasien berubah.

2.      Siklik.
Proses keperawatan berjalan secara siklik atau berulang dari pengkajian sampai dengan evaluasi, demikian seterusnya apabila diperlukan pengkajian ulang (re-assessment), sampai masalah klien teratasi atau klien dapat mandiri memenuhi kebutuhan kesehatan atau keperawatannya.

3.      Interdependent / saling ketergantungan.
Setiap tahap dari proses keperawatan mempunyai relevansi yang sangat erat, sehingga kekurangan di salah satu tahap akan mempengaruhi tahap-tahap berikutnya.

4.      Fleksibel atau luwes.
Proses keperawatan bersifat luwes, tidak kaku, sehingga pendekatan yang digunakan dapat berubah atau dimodifikasi sesuai dengan situasi, keadaan dan kebutuhan klien akan perawatan kesehatan. Fleksibel dapat juga berarti :
a)           Bisa digunakan untuk pemecahan segala jenis masalah keperawatan
b)           Dapat digunakan pada berbagai kondisi dan situasi klien
c)           Dapat diterapkan untuk semua siklus kehidupan manusia, dari dalam kandungan sampai dengan meninggal dunia
d)          Dapat diterapkan pada berbagai unit keperawatan, di rumah sakit, maupun untuk keluarga dan masyarakat.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Proses keperawatan merupakan suatu kegiatan yang terorganisir dengan menggunakan metode yang sistematis dalam memberikan ASKEP kepada individu,kelompok,keluarga dan masyarakat terhadap masalah kesehatan yang dialami.
Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu: Pengkajian, Diognasa, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi. Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling berkesinambungan dan tidak dapat di pisahkan satu sama lain.

B.     Saran
Perawat harus dapat melaksanakan asuhan keperawatan yang baik karena perawat salah satunya berperan sebagai pemberi pelayanan kesehatan dan pelayanan keperawatan mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan pelayanan kesehatan secara keseluruhan.







;;

By :
Free Blog Templates